PANDEGLANG - Belasan Mahasiswa STISIP Banten Raya menggelar Mimbar Bebas di halaman Kampus, pada Selasa (8/10) lalu. Informasi selanjutnya bisa dilihat hasil Live Report kami yang telah diunggah di Instagram Pers Dialektika pada Rabu (9/10) malam.
Mimbar tersebut sebagai respon keberpihakan mahasiswa terhadap isu dugaan pungutan liar (Pungli) oleh salah satu dosen dengan inisial MIR di Kampus STISIP Banten Raya.
Saat dikonfirmasi, MIR mengaku tidak melakukan hal tersebut. Pihaknya bahkan merasa dirugikan lantaran nama baiknya sebagai seorang tenaga pendidik jadi tercemar.
"Bagaimana pun juga saya korban dari isu fitnah dan pungli. Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri," katanya.
Berdasarkan penelusuran Tim Dialektika di Lapangan, ada sebanyak 4 korban yang terkena pungutan liar tersebut. Ke 4 orang mahasiswa baru tersebut adalah dengan inisial HH, D, R, dan F. Namun kami hanya mampu mewancarai sebanyak dua orang korban pada Kamis, 10 Oktober 2024 yang lalu.
Kedua orang korban tersebut berinisial R dan HH. Kepada Pers Dialektika, R dan HH membenarkan adanya pungutan liar kepada mereka.
"Dipinta awal 200 ribu buat survei, terus diminta lagi 200 ribu buat kaos sama partisipasi PKKMB, nah yang terakhir 500 rebu itu katanya buat kita bayar diawal dulu biar nanti pas bulan November uang saku kita turun itu udah gak ada potongan lagi, jadi dipotong nya diawal gitu," kata HH.
Berdasarkan keterangan R dan HH, yang meminta uang tersebut ternyata bukan MIR, akan tetapi seorang perempuan dengan inisial Ibu (i). Dia seorang koordinator yang dibentuk oleh MIR untuk membawa mahasiswa baru ke STISIP Banten Raya.
"Ngga, lewat orang lagi, tapi si orang ini bawa-bawa nama Pak Iyos (MIR)," tegas HH.
Untuk diketahui, Ibu (i) tersebut bukan bagian dari kelembagaan STISIP Banten Raya. Dia orang luar yang sengaja dijadikan sebagai koordinator atas inisiatif MIR dengan tujuan untuk memudahkan tanggung jawabnya sebagai Kabag Kemahasiswaan dalam mencari mahasiswa baru.
Sebagai informasi, ada sebanyak 40 mahasiswa yang dibawa oleh MIR ke STISIP Banten Raya. Dari ke 40 mahasiswa baru tersebut, hanya 4 orang yang terkena pungutan liar.
Ke 4 orang mahasiswa baru tersebut merupakan rekomendasi yang dibawa oleh Ibu (i) kepada MIR. Yaitu HH, R, D, dan seorang perempuan dengan inisial F.
Oleh korban, Ibu (i) dianggap makin aneh saja perangai nya. Lantaran ia terus meminta dengan uang yang jumlahnya makin besar.
"Udah dari situ kita mulai gak percaya, karena makin kesini makin gede gitu bayarannya," lanjut HH.
Masih berdasarkan keterangan korban, Ibu (i) juga pernah menjanjikan uang donatur dari Perusahaan Kopi untuk berpartisipasi dalam kegiatan PKKMB di STISIP Banten Raya.
"Ternyata uang kopinya ngga ngasih, mungkin ibu Ida itu pengen dibilang ngebantu gitulah, jadi dia malah minta (uangnya --red) ke kita atas nama Pak Iyos," ungkap R.
Karena itulah, akhirnya keempat mahasiswa baru mulai berfikir bahwa dalang dibalik pungutan liar tersebut adalah MIR.
"Kenapa kami kepikirannya ke pak Iyos terus, awalnya tuh, jadi si Ibu Ida ini kalo kita tanya duit buat apa, dia selalu jawab buat pak Iyos sama Dinas, otomatis kita kepikiran nya kesana ya. Ditambah Bu Ida selalu ngomong jangan bilang ke Pak Iyos, atau jangan sampe kedengaran ke bung Yos. Kalo mau nanya, nanya ke ibu aja," jelas R.
Yang menjadi aneh adalah duit yang dikolektif oleh Ibu (i) tersebut malah diserahkan lagi olehnya kepada salah satu Dinas yang ada di Kabupaten Lebak.
"Cuma aku mah masih bingung, emang bener Ibu Ida itu tidak menerima uang sama sekali yang masuk ke dia sendiri, nah masalahnya teh kata dia uang mamah teh neng udah dikasihin semua ke dinas, nyampe ngegade hape segala, bingungnya di dinasnya ini, soalnya kok malah ngerentet kemana-mana," kata HH.
Hingga berita ini baik, Tim Pers Dialektika belum mendapatkan keterangan dari Ibu (I) terkait tindakannya dalam menyerahkan uang yang dikolektif olehnya dari mahasiswa baru STISIP Banten Raya kepada salah satu Dinas yang ada di Kabupaten Lebak.
Tim Pers Dialektika juga belum mengetahui Dinas yang dimaksud oleh Ibu (I) tersebut. (*/Redaksi)
0 Komentar