Pers Dialektika - Menulis itu soal hati, dan pikiran yang mulus dan jernih. Tak bisa orang yang sedang marah itu dapat menulis dengan baik dan benar. Kepenulisan itu, jadi ada keterkaitannya dengan kondisi emosional seseorang.
Kawan-kawan semua, kalau boleh aku bercerita, bulan kemaren aku mendaki gunung karang bersama 6 kawanku di tongkrongan abah Otong.
Kamu ngga perlu tau siapa Abah Otong yang dimaksud tersebut. Pada intinya, dorongan kami untuk segera menanjak ke Gunung Karang itu di mulai dari warung si Abah Otong itu.
Abah Otong itu punya dua anak. Satu cewe, dan satunya lagi cewe. Jadi Abah Otong itu punya dua anak cewe yah kawan-kawan.
Usai pulang dari sekolah saat aku masih SD, biasanya aku langsung sempatkan untuk main ke rumahnya Abah Otong. Bukan karena Abah Otong itu sering ngasih makan gratis, tapi dia berbeda bagiku dengan abah-abah yang lainnya.
Pernah pada suatu saat aku terciduk sedang mengganggu si Roni (temanku) yang lagi Sholat. Aku lepas peci songkoknya, dan kupakaikan helm ke kepalanya.
Roni otomatis dong senyum-senyum. Nah, tanpa aku duga sebelumnya, ternyata di belakangku ada Pak RT Ibrahim. Kena marah dialah aku akhirnya.
RT ini paling jahat dan sangar se-Dunia bagiku. Mengapa? Pantas ngga coba, jika misalnya aku ini terjatuh dari motor, dan dia dengan refleks bantu aku.
Pantas ngga kira-kira? Ngga pantaslah.
Memang saya juga tahu, bahwa yang dilakukan oleh Pak RT ini sangat baik. Masalahnya kalau ada bahasa dari si RT seperti ini, "Gua minta rokok aja. Elu kan anak muda banyak duitnya, syukur ini juga gua bantu."
Nah betul banget. Aku nih sebagai orang yang sedang musibah, ngga terima jika ada orang yang mencoba memeras saya. Tak bolehlah mengambil kesempatan dalam kesempatan itu, kalau memang mau bantu, ya bantulah aku dengan cara yang murni dan ikhlas.
Kita kembali lagi ke pembahasan Abah Otong yuk.
Teman-teman pernah ngga melihat ada seorang laki-laki tua yang memakai baju Koko, pasti pernah lihat kan? Nah itu Abah Otong.
Kalau masih belum paham, tanggapi saja lah yak lewat tulisan. Maksud aku, kamu komentari tulisanku lewat tulisan lagi yah. Lebih produktif buat kamunya nanti, yah, ujung-ujung kita sambil belajar nulis aja bro. Oke terimakasih daaah. (*/Red)
0 Komentar