Mahasiswa Kritis Siap di Ceklis, Mahasiswa Tak Berdaya Itu Kabar Gembira


Penulis: Nandi Anendi*

Pers Dialektika - Tak terasa bulan September 2020 resmi merasakan menjadi mahasiswa, selama satu dasawarsa itu, mahasiswa mengalami banyak kejadian dalam proses belajar mengajar sehari harinya dengan gembira, rumit, atau bahkan mengeluh dengan memilih pilihan salah satu keputusan dalam diri pribadinya. 

Dan tak terasa pula semakin meningkat semester yang di lalui, melihat notabene dari peran kampus dalam memberikan stimulus pada diri mahasiswa cukup banyak kemajuan yang telah di capai sepanjang satu dasawarsa perjalanan peroses belajar mengajar tersebut. Kendati tidak bearti tidak terdapat kekurangan dan kelemahan sama sekali.

Refleksi adalah cara yang bijaksana guna melihat capaian capaian kesalahan dan kelemahan - kelemahan tersebut secara objektif sehingga dapat di urai dan di temukan jalan keluar yang secara subtansial di masa mendatang.

Baca Juga: PUISI | Suara Untuk Bangsa

Sebagai sebuah refleksi tulisan ini berusaha menyajikan data secara apa adanya, Seimbang dan tentu tidak bermaksud mendiskreditkan siapapun kendati nantinya para pembaca tentu telah memiliki hak untuk mencernanya dari presfektifnya masing-masing. 

Hal yang penting harus di ingatkan dan alasan secara mendasar. Pertama karena refleksi pada hakikatnya adalah bermuhasabah yang tentu membutuhkan kejujuran untuk melihat ke dalam, ke belakang sehingga dapat di temukenali segala kelemahan di dalam sekaligus menyadari kesalahan yang pernah di lakukan.

Dan kedua sedikit pengalaman membuktikan ketidakmampuan banyak pihak untuk mengapresiasi objektifitas, keterbukaan, keterusterangan, dan kritik. Ya karna di samping persoalan kepentingan diri pribadi para pengusaha di lingkungan pendidikan dan pencitraan yang membelenggu hampir setiap pembelajaran untuk objektifitas dan terbuka.

Baca Juga: Serunya Jadi Mahasiswa, Tapi?

Persoalan kejujuran nampaknya telah nyaris menjadi barang langka di setiap pemegang sistem, yang indikasinya sangat mudah kita temukan sehari - hari. Keterbukaan masih jauh panggang dari pada api, keterusterangan masih di anggap debu, dan mengkritik justru di anggap musuh yang harus di lenyapkan dan atau di singkirkan jauh - jauh. 

Sikap opositif di anggap menentang dan harus di jauhkan karna mengganggu harmoni dan stabilitas. Dan semua di tuntut untuk tidak berbeda pendapat dengan pemegang kekuasaan atau sang pembuat keputusan bahkan harus sabdho pandhito ratu, padahal dunia pendidikan menjadi indah karna penuh dengan warna yang beragam, dan perbedaan adalah ciri intelektualitas mahasiswa yang harus di bantu untuk di asah sehingga bisa menjadi Rahmat. Berdiam apa mendiamkan harapannya segera sirna rayap Banten raya.***


*Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan STISIP Banten Raya Semester 4



Posting Komentar

0 Komentar