Seputar Perubahan Iklim: Tuhan, Saya Rindu Banten Tempo Doeloe


Pers Dialektika - Jika Alam ini tidak dijaga sebaiknya oleh kita, maka kitalah esok lusa yang akan kewalahan menikmati indahnya hidup di Alam surga ini. Kita tak ubah seekor tikus yang mati ditengah lumbung padi karena kelaparan nantinya. 

Semoga hal konyol tersebut tidak sampai kepada kita. Saya rasa, Alam di Banten ini masih lumayan cukup baik. Berbeda dengan wilayah Kalsel, Papua, atau lainnya yang mati-matian untuk bisa menghirup udara segar, air yang bersih dan rajin di kunjungi banjir.


Banten seginimah masih adem-mayem, kecuali Cilegon sampai dataran Pantai Anyer sana yah, kemaren saya dapat kabar kondisi iklim disana ternyata semakin parah saja. 

Kita tidak bisa mewajarkan itu cuma gara-gara banyak industri atau pabrik-pabrik, idealisme kita tetap harus kita pertahankan bahwa Banten tidak boleh udaranya sampai tercemar, dari Dulu Banten terkenal dengan iklimnya yang damai dan sejuk.

Ini artrinya, ketika kita membiarkan orang luar merusak lingkungtan kita, maka sejarah akan mencatat bahwa dari generasi kitalah Keindahan Alam di abaikan. 

Melihat hal ini, orang tua kita terdahulu pasti akan menyesal telah melahirkan kita, mereka kalau masih hidup pasti akan bilang gini, "Maraneh iye, eweh kabener ngajaga kaharibaan Alamna. Bunuh diri bae engges," dengan nada penuh kekesalan dan marah. Kalau sudah seperti itu, kita nanti bisa apa, ngga cukup CENGAR-CENGIR melewati Alam yang sudah tidak kebal keindahannya ini.


Saya tulis opini ini untuk mengajak kawan-kawan agar hayu bareng-bareng memikirkan nasib lingkungan yang sudah mulai kacau ini. Karena mau tidak mau, estafeta kehidupan akan jatuh kepada tangan kita. Saya sendiri sejujurnya ogah diwarisi aset Alam Kacau dimasa yang akan datang nanti.
 
Apa kita ingin seperti Kalimantan Selatan yang grabah-grubuh setelah lebih dari 50 persen lingkungannya sudah tidak aman lagi. Di Kalsel sendiri soalnya, sampai bisa terjadi seperti itu karena rakyatnya masa bodo awalnya terhadap lingkungan. 

Padahal, sudah dimulai tahun 2006 Banjir itu tiba, dan sering pula datangnya. Pemerintah sana tidak menanggapi serius terhadap apa yang terjadi pada Kalsel, sampai pada puncaknya tahun 2019 kemaren secara berjamaah Masyarakat Kalsel akhirnya kaduhung, tapi sayang euy sudah terlanjur.

Fenomena itu terjadi, karena banyak perusahaan yang tidak ramah lingkungan juga. Banyak hal pokoknya sehinnga sampai menghantarkan Kalsel pada kondisi seperti itu.

Yang kita perhatikan baru Kalsel, ini belum wilayah-wilayah yang lainnya, kita ngga tau mungkin banyak wilayah yang lainya juga sama kondisinya seperti Kalsel Bro. Yang dekat aja dulu kita kaji, Cilegon dengan persantase Iklim yang sudah lumayan cukup histeris itu jangan-jangan sama euy kondisinya dengan apa yang sekarang dirasakan oleh Kalimantan Selatan.

Maka menumbukan kesasadaran untuk menjaga Alam Banten agar tetap terpelihara dan terjaga oleh cengkraman-cengkraman air kotor, udara yang tidak sehat dan lain sebagainya sudah menjadi keharusan berarti, simplenya kewajiban deh. Terutama untuk kamu yang sudah terlanjur mengaku dirinya sebagai seorang Pelajar.


Kembali pada kewajiban, bahwa secara kaidah sendiri Wajib adalah berdosa jika diabaikan-kan, dan akan mendapatkan kedamaian jika itu dilaksanakan. Kedamaian disini bisa lewat lingkungan yang terjaga, SDM dan SDA yang terkelola baik misalnya. 
 
Yoklah, kita bisa belajar dari Kalsel agar hari ini kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang telah Tuhan berikan ini, atau kita bisa belajar dari Jakarta agar Berkendaraan Pribadi tidak boleh digunakan sebagai alat untuk membangga-banggakan diri, selain itu dapat membuat macet, sudah tidak zaman juga euy.

Kalo kata Momonon mah, "Pakailah kendaraan sederhana, tak mewah tapi tahan lama," mungkin bisa kita maknakan dengan lebih memanfaatkan angkutan umum, atau bersepeda, tidak asal membuang putung rokok atau lain-lain sebagainya.***

Penulis  : Mukhlas Nasrullah
Desain   : Sepdi Hidayat 
Ilustrasi : Tria Febrianty

Posting Komentar

0 Komentar